Puluhan Ribu Yahudi Ortodoks Tolak Wajib Militer Netanyahu

Puluhan Ribu Yahudi Ortodoks Tolak Wajib Militer Netanyahu

BahasBerita.com – Puluhan ribu anggota komunitas Yahudi Ortodoks Ultra menjalankan aksi demonstrasi besar di Jerusalem sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan wajib militer baru yang diterapkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Demonstrasi ini berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat akibat konflik militer Israel yang intensif di Jalur Gaza, di mana banyak korban di kalangan militer tercatat dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan anyar ini menghilangkan pengecualian yang selama ini diberikan kepada kelompok Yahudi Ortodoks dari kewajiban wajib militer, memicu protes massif yang turut mempengaruhi stabilitas sosial dan politik dalam negeri.

Demonstrasi dilakukan di beberapa titik strategis di sekitar Jerusalem, pusat pemerintahan dan juga lokasi sakral bagi masyarakat Israel dan komunitas Yahudi. Ratusan ribu orang yang mayoritas adalah pria muda dari kalangan Yahudi Ortodoks menyuarakan penolakan keras mereka atas kebijakan yang mewajibkan mereka untuk menjalani dinas militer penuh di militer Israel, sebuah ketentuan yang sebelumnya tidak berlaku bagi mereka karena alasan agama dan kultural. Mereka menilai kebijakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap keyakinan dan tata cara hidup mereka, serta ancaman terhadap struktur sosial komunitas mereka yang selama ini terpisah dari aktivitas militer.

Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya mengambil kebijakan ini dalam konteks lonjakan konflik bersenjata dengan kelompok bersenjata di Gaza yang menyebabkan meningkatnya angka korban militer, termasuk tentara cadangan yang dikerahkan secara berkelanjutan. Menurut data resmi dari militer Israel, jumlah tentara cadangan yang diperpanjang masa tugasnya melebihi batas normal tahun ini sebagai respon langsung untuk memperkuat pertahanan nasional di tengah situasi genting. Kebijakan wajib militer ini merupakan upaya strategis pemerintah Israel demi mengoptimalkan kesiapan militer dan mengurangi beban tentara aktif, sekaligus memastikan semua elemen masyarakat berkontribusi dalam menjaga keamanan nasional di masa krisis.

Tindakan pemerintah ini menimbulkan gesekan dengan komunitas Yahudi Ortodoks yang selama ini mendapatkan status pengecualian berdasarkan kesepakatan lama antara pemerintah dan komunitas tersebut. Tokoh-tokoh komunitas menyampaikan bahwa kebijakan ini mengabaikan sensitivitas budaya dan keagamaan mereka, yang sudah lama menjadi bagian dari sistem sosial Israel. Demonstran juga menguatkan posisi mereka melalui unjuk rasa yang damai sekaligus berorasi menolak kewajiban militer baru sambil menuntut dialog lebih intensif dengan pemerintah. Seorang tokoh senior komunitas Ortodoks menyatakan, “Kami tidak menolak keamanan nasional, tetapi harus ada penghormatan pada tradisi kami.” Selain itu, unjuk rasa ini sempat berpotensi berubah menjadi kerusuhan kecil di beberapa lokasi di Jerusalem akibat ketegangan antara demonstran dan aparat keamanan.

Baca Juga:  Dampak Badai Melissa Kategori 5 Hancurkan Rumah Jamaika
Aspek Kebijakan
Sebelum Kebijakan Baru
Setelah Kebijakan Baru
Status Wajib Militer Yahudi Ortodoks
Dikecualikan dari kewajiban militer
Wajib mengikuti dinas militer penuh seperti warga lainnya
Durasi Perpanjangan Cadangan Militer
Durasi normal hingga pertengahan tahun
Diperpanjang hingga akhir tahun untuk menghadapi konflik Gaza
Dampak Sosial Politik
Komunitas Ortodoks relatif terpisah dari politik militer
Potensi ketegangan sosial dan politik meningkat

Ketegangan di dalam negeri ini juga berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap stabilitas politik pemerintahan Netanyahu yang saat ini tengah menghadapi kritik dari berbagai pihak. Kongres Amerika Serikat, sekutu utama Israel, telah menyoroti kebijakan ini dalam konteks upaya Israel menjaga keamanan nasionalnya, namun juga mengingatkan pentingnya dialog dan penyelesaian yang adil dengan semua komunitas di Israel. Di sisi lain, demonstrasi pro-Palestina yang selama ini mengkritik kebijakan militer Israel di Gaza turut memanfaatkan momentum ini untuk menambah tekanan terhadap kebijakan militer Israel secara keseluruhan. Dalam beberapa minggu terakhir, unjuk rasa protes dan counter-protes tersebut meningkatkan risiko bentrokan di beberapa wilayah sensitif, khususnya di sekitar Jerusalem.

Lebih luas, kebijakan wajib militer ini mencerminkan perubahan mendasar dalam pertahanan domestik Israel, dimana pemerintah menuntut kesetaraan kewajiban dalam menghadapi situasi keamanan yang kian kompleks dan dramatis. Selama puluhan tahun, Yahudi Ortodoks diberi pengecualian karena alasan agama dan pendidikan yang mengutamakan studi kitab suci. Namun, perkembangan terbaru menuntut partisipasi penuh dari seluruh warga negara dalam mendukung tugas pertahanan, sebagai bagian dari upaya memperkuat militer Israel yang kini tengah fokus menangani konflik di Gaza serta menjaga stabilitas regional. Kebijakan ini secara tidak langsung juga menimbulkan perdebatan mengenai batas antara kebijakan negara sekuler dan penghormatan terhadap tradisi keagamaan.

Baca Juga:  Illinois Gugat Trump soal Pengiriman Garda Nasional ke Chicago

Para analis politik menilai bahwa unjuk rasa ini akan mendorong pemerintah Netanyahu untuk melakukan evaluasi lebih mendalam terkait penerapan kebijakan militer wajib, menyusul dampak sosial yang cukup besar pada kelompok masyarakat yang berhak atas perlindungan kebebasan beragama. Politik domestik Israel selama ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan kelompok Ortodoks yang memiliki posisi signifikan dalam parlemen dan pemerintahan koalisi. Penolakan besar-besaran yang terjadi dapat menyebabkan perubahan strategi pemerintahan dalam merawat hubungan antar kelompok masyarakat demi meredam potensi konflik internal saat menghadapi tantangan eksternal yang sedang berlangsung.

Sementara itu, pemerintah masih belum mengeluarkan pernyataan resmi yang merinci langkah-langkah atau penyesuaian kebijakan sebagai respon terhadap demonstrasi ini. Namun, pejabat tinggi militer menegaskan bahwa kebijakan ini tetap diperlukan untuk menjamin kesiapan operasional militer dalam menghadapi ancaman dari kelompok bersenjata di Gaza. Mereka menegaskan pentingnya peran tentara cadangan dan keterlibatan seluruh warga negara, termasuk komunitas Ortodoks, dalam mempertahankan keamanan nasional dalam situasi darurat. Laporan dari media lokal mengindikasikan bahwa diskusi antara pemerintah dan perwakilan komunitas Ortodoks sedang berlangsung, dengan harapan tercapai kompromi yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak.

Demonstrasi ini menandai sebuah titik kritis dalam konflik sosial-politik yang sudah berlangsung lama di Israel, menggabungkan dimensi menghadapi tekanan keamanan yang meningkat dengan tuntutan sosial dan keagamaan yang kompleks. Kebijakan wajib militer yang dipaksakan di tengah konflik Gaza memberikan gambaran bahwa Israel dihadapkan pada dilema bagaimana menyeimbangkan efisiensi pertahanan dan keberlangsungan kehidupan masyarakat multikulturalnya. Ke depan, dinamika ini diperkirakan akan terus menjadi isu sentral dalam politik domestik Israel, sementara konflik di Gaza tetap menjadi latar belakang utama yang memengaruhi pengambilan kebijakan keamanan nasional.

Baca Juga:  Armada Bantuan GSF Diteror Kapal Tak Dikenal di Gaza

Puluhan ribu anggota komunitas Yahudi Ortodoks Ultra di Jerusalem baru-baru ini berdemo menolak kebijakan wajib militer yang diterapkan Netanyahu, mencerminkan penolakan mereka terhadap perubahan yang memengaruhi kehidupan dan nilai-nilai komunitas. Demonstrasi ini terjadi di tengah eskalasi konflik militer di Gaza yang telah menyebabkan kerugian signifikan di kalangan tentara Israel, memaksa pemerintah memberlakukan kebijakan militer yang lebih ketat demi menjaga keamanan nasional. Kejadian ini menjadi indikator penting dari kompleksitas tantangan keamanan dan sosial yang dihadapi Israel dalam periode yang penuh ketidakpastian ini.

Tentang Farhan Akbar Ramadhan

Avatar photo
Reviewer gadget dan teknologi konsumen yang telah menguji lebih dari 500 perangkat elektronik dan berbagi perspektif tentang tren perangkat terbaru di Indonesia.

Periksa Juga

Presiden Prabowo Disambut Hangat di KTT APEC 2025 Korsel

Presiden Prabowo Disambut Hangat di KTT APEC 2025 Korsel

Simak penyambutan Presiden Prabowo oleh Presiden Lee Jae-myung di KTT APEC 2025 Gyeongju, memperkuat peran strategis Indonesia di ekonomi Asia-Pasifik