Konflik Thailand vs Kamboja Juli 2025: 16 Tewas, Ribuan Mengungsi

BahasBerita.com – Konflik Thailand vs Kamboja yang meledak pada Juli 2025 menandai eskalasi paling serius dalam hubungan kedua negara selama beberapa dekade terakhir. Ketegangan yang mencapai puncaknya pada 24 Juli 2025 dengan serangan udara Thailand terhadap pos militer Kamboja telah memicu balasan artileri dan roket yang menewaskan setidaknya 16 orang serta memaksa puluhan ribu warga dari kedua negara mengungsi akibat konflik ini. Situasi ini menunjukkan betapa rumitnya dinamika dalam konflik Thailand vs Kamboja yang telah berlangsung lama.

Eskalasi dramatis dalam Konflik Thailand vs Kamboja ini bermula dari insiden dua prajurit Thailand yang kehilangan kaki akibat ledakan ranjau, yang kemudian memicu serangkaian serangan balasan yang semakin memanas. Thailand merespons dengan memberlakukan hukum darurat di delapan distrik perbatasan, sementara Kamboja melalui Duta Besarnya untuk PBB, Chhea Keo, mendesak gencatan senjata “tanpa syarat” dan “penyelesaian damai sengketa” yang telah mengakar selama puluhan tahun. Ketegangan dalam konflik ini menunjukkan betapa rumitnya hubungan antara kedua negara.

Konflik Thailand vs Kamboja yang terpusat di wilayah Segitiga Zamrud – pertemuan perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos – ini bukanlah sekadar bentrokan militer sesaat, melainkan manifestasi dari sengketa perbatasan yang telah berlangsung sejak perjanjian 1907 antara koloni Prancis di Kamboja dan Kerajaan Siam. Akar masalah yang paling menonjol dalam konflik ini adalah perbedaan interpretasi antara peta dan teks perjanjian terkait kepemilikan Candi Preah Vihear, sebuah warisan budaya yang telah menjadi simbol ketegangan berkepanjangan dalam konteks konflik Thailand vs Kamboja.

Masyarakat internasional, termasuk Indonesia melalui Kementerian Luar Negerinya, telah menyerukan agar “kedua negara kembali ke cara-cara damai untuk menyelesaikan perbedaan mereka.” Namun, intensitas konflik yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang terbuka yang dapat mengguncang stabilitas regional asia tenggara secara keseluruhan.

Konflik Thailand vs Kamboja

Kronologi Eskalasi Konflik Juli 2025

Konflik terbuka antara Thailand dan Kamboja pada Juli 2025 dimulai dengan serangkaian insiden yang dengan cepat meningkat menjadi bentrokan bersenjata skala besar. Pemicu awal yang membakar situasi adalah ledakan ranjau yang melukai dua prajurit Thailand hingga kehilangan kaki, sebuah insiden yang segera memicu respons militer keras dari pihak Thailand.

Eskalasi mencapai titik kritis pada 24 Juli 2025, ketika Thailand melancarkan Serangan Udara terhadap pos-pos militer Kamboja di wilayah perbatasan. Serangan ini bukan sekadar tindakan balasan sporadis dalam konteks Konflik Thailand vs Kamboja, melainkan operasi terkoordinasi yang menunjukkan persiapan militer yang matang. Kamboja tidak tinggal diam dan segera membalas dengan tembakan artileri dan roket yang menargetkan posisi-posisi Thailand di sepanjang garis perbatasan, menambah ketegangan dalam konflik yang telah berlangsung lama ini.

Dampak Langsung Bentrokan Bersenjata

Pertempuran yang berlangsung selama beberapa hari ini dalam konteks konflik Thailand vs Kamboja telah menimbulkan korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak. Data terkini menunjukkan setidaknya 16 orang tewas dalam berbagai insiden penembakan dan serangan udara, dengan kemungkinan jumlah korban yang terus bertambah seiring berlanjutnya konflik Thailand dan Kamboja. Selain korban jiwa, puluhan ribu warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke daerah yang lebih aman akibat ketegangan yang meningkat dalam konflik ini.

Thailand merespons eskalasi ini dengan memberlakukan hukum darurat di delapan distrik perbatasan, sebuah langkah yang memberikan kewenangan luas kepada militer untuk mengambil tindakan keamanan. Pemberlakuan hukum darurat ini mencerminkan keseriusan ancaman yang dirasakan Thailand serta persiapan untuk kemungkinan konflik yang lebih berkepanjangan.

Mobilisasi Militer dan Persiapan Perang

Kedua negara telah memobilisasi kekuatan militer mereka di sepanjang wilayah perbatasan yang terbentang sepanjang 500 mil. Thailand mengkonsentrasikan pasukan di wilayah Segitiga Zamrud, sementara Kamboja memperkuat pertahanan di pos-pos strategis yang berhadapan langsung dengan formasi militer Thailand. Mobilisasi ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak mempersiapkan diri untuk kemungkinan konflik Thailand vs Kamboja yang lebih luas dan berkepanjangan. Ketegangan ini mencerminkan potensi terjadinya konflik yang dapat mempengaruhi stabilitas regional.

Tanggal
Peristiwa
Jenis Aksi
Dampak
Juli 2025
Ledakan ranjau melukai 2 prajurit Thailand
Insiden pemicu
Eskalasi ketegangan
24 Juli 2025
Serangan udara Thailand ke pos militer Kamboja
Serangan udara
Balasan artileri Kamboja
24 Juli 2025
Pemberlakuan hukum darurat di 8 distrik Thailand
Tindakan administratif
Mobilisasi militer
25 Juli 2025
Seruan gencatan senjata Kamboja melalui PBB
Upaya diplomasi
Respons internasional

Timeline konflik menunjukkan bagaimana situasi dapat berubah dengan sangat cepat dari insiden kecil menjadi konflik bersenjata penuh. Dalam hitungan hari, kedua negara telah terlibat dalam pertempuran terbuka yang mengancam stabilitas regional.

Akar Historis Sengketa Candi Preah Vihear

Untuk memahami konflik Thailand vs Kamboja yang kontemporer ini, kita harus menelusuri akar masalah yang telah mengendap selama lebih dari satu abad. Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja berawal dari perjanjian 1907 antara koloni Prancis di Kamboja dan Kerajaan Siam (sekarang Thailand) yang menetapkan batas wilayah sepanjang 500 mil. Perjanjian ini, meskipun dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah perbatasan, justru menjadi sumber konflik berkepanjangan dalam konteks konflik Thailand vs Kamboja karena perbedaan interpretasi antara peta dan teks perjanjian.

Inti sengketa terletak pada status Candi Preah Vihear, sebuah kompleks candi Hindu kuno yang dibangun pada abad ke-11 selama masa kejayaan Kerajaan Khmer. Candi yang terletak di puncak tebing curam ini memiliki nilai historis dan budaya yang sangat tinggi bagi kedua negara, menjadikannya tidak hanya sengketa teritorial tetapi juga pertarungan identitas nasional dan warisan budaya.

Kompleksitas Perjanjian Kolonial 1907

Perjanjian 1907 menetapkan bahwa batas wilayah mengikuti garis pemisah air di Pegunungan Dangrek. Namun, masalah muncul karena Candi Preah Vihear, meskipun secara geografis berada di sisi Thailand berdasarkan garis pemisah air, dalam peta yang menyertai perjanjian digambarkan berada di wilayah Kamboja. Perbedaan ini menciptakan ambiguitas yang hingga kini belum terselesaikan secara definitif.

Situasi semakin rumit selama Perang Dunia II ketika Jepang menduduki wilayah tersebut dan Thailand sempat merebut candi dari Kamboja. Setelah perang berakhir, candi dikembalikan kepada Kamboja, namun sengketa kepemilikan terus berlanjut terutama setelah Kamboja memperoleh kemerdekaan pada 1954. Thailand tidak pernah sepenuhnya mengakui kedaulatan Kamboja atas candi tersebut, menciptakan ketegangan yang terus berkobar hingga saat ini.

Dimensi Budaya dan Identitas Nasional

Sengketa Candi Preah Vihear bukan sekadar masalah garis batas geografis, tetapi menyentuh aspek fundamental identitas nasional kedua bangsa. Bagi Kamboja, candi ini merupakan simbol kejayaan peradaban Khmer kuno dan bagian integral dari warisan budaya nasional. Sementara bagi Thailand, wilayah tersebut dianggap sebagai bagian dari teritorial historis yang tidak dapat dilepaskan begitu saja.

Aspek Konflik
Posisi Thailand
Posisi Kamboja
Status Sengketa
Kepemilikan Candi Preah Vihear
Mengklaim hak historis berdasarkan geografis
Mengklaim kedaulatan berdasarkan peta 1907
Belum terselesaikan
Batas Wilayah Perbatasan
Berdasarkan garis pemisah air alami
Berdasarkan peta perjanjian kolonial
Masih diperdebatkan
Warisan Budaya
Klaim sebagai bagian warisan Siam
Klaim sebagai peninggalan Angkor
Saling mengklaim
Hak Akses Wisatawan
Menuntut akses melalui wilayah Thailand
Kontrol penuh atas akses wisatawan
Negosiasi berkelanjutan

Tabel di atas menunjukkan kompleksitas sengketa yang melibatkan berbagai dimensi mulai dari aspek legal, geografis, hingga budaya. Setiap aspek memiliki interpretasi yang berbeda dari kedua belah pihak, menjadikan penyelesaian komprehensif semakin sulit dicapai.

Dampak Kemanusiaan dan Krisis Pengungsi

Konflik bersenjata yang meledak pada Juli 2025 telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang serius di wilayah perbatasan kedua negara. Korban jiwa yang mencapai 16 orang hanyalah puncak gunung es dari dampak yang lebih luas terhadap populasi sipil yang terjebak dalam zona konflik. Puluhan ribu warga dari kedua sisi perbatasan terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di daerah yang lebih aman.

Gelombang pengungsi ini menciptakan tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya di daerah-daerah penerima pengungsi. Banyak keluarga yang kehilangan mata pencaharian mereka, terutama petani dan pedagang kecil yang bergantung pada aktivitas ekonomi lintas batas. Kondisi ini diperparah oleh pemberlakuan hukum darurat di delapan distrik perbatasan Thailand yang membatasi pergerakan warga sipil dan aktivitas ekonomi normal.

Kondisi Pengungsi dan Bantuan Kemanusiaan

Para pengungsi menghadapi kondisi yang memprihatinkan dengan fasilitas penampungan yang terbatas dan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan Layanan Kesehatan yang tidak memadai. Organisasi kemanusiaan internasional mulai memobilisasi bantuan, namun akses ke wilayah konflik, termasuk daerah yang terdampak oleh konflik Thailand vs Kamboja, masih terbatas karena alasan keamanan. Situasi ini mengingatkan pada krisis pengungsi serupa yang pernah terjadi di kawasan asia tenggara dan memerlukan respons koordinasi regional yang efektif untuk mengatasi dampak dari konflik Thailand vs Kamboja.

Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan dalam krisis ini, terutama akibat Konflik Thailand vs Kamboja, dengan banyak sekolah di wilayah perbatasan yang terpaksa ditutup atau digunakan sebagai tempat penampungan darurat. Trauma psikologis akibat menyaksikan kekerasan dan kehilangan rumah selama konflik ini akan memiliki dampak jangka panjang terhadap generasi muda kedua negara. Organisasi internasional menekankan pentingnya perlindungan khusus untuk anak-anak dan perempuan dalam situasi konflik Thailand vs Kamboja ini.

Dampak Ekonomi Regional

Konflik Thailand vs Kamboja ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, tidak hanya bagi kedua negara yang terlibat tetapi juga untuk kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan. Perdagangan lintas batas yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal terhenti total akibat konflik ini, menyebabkan kerugian finansial bagi ribuan pedagang dan pengusaha kecil. Jalur transportasi utama yang menghubungkan Thailand dan Kamboja juga terputus, mempengaruhi rantai pasokan regional.

Tentang Safira Nusantara Putri

Avatar photo
Kritikus budaya dan seni yang mengkaji fenomena musik, film, dan tren budaya populer Indonesia dengan pendekatan sosio-antropologis.