Peringatan Hari Maritim Nasional

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Maritim Nasional

BahasBerita.com – Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lautan yang menghubungkan ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke. Laut bukan hanya jalur transportasi bagi masyarakat, tapi juga sumber pangan, energi, hingga identitas bangsa. Tak heran, Indonesia menetapkan satu momen penting untuk mengingatkan seluruh warganya akan jati diri maritim: Peringatan Hari Maritim Nasional. Namun menariknya, ada lebih dari satu versi tanggal yang digunakan untuk memperingati Peringatan Hari Maritim Nasional, dan hal ini kerap menimbulkan rasa penasaran di publik.

Sejak dulu, laut selalu memiliki tempat istimewa dalam sejarah perjuangan Indonesia. Di balik berkibarnya Sang Saka Merah Putih, ada peran besar pasukan laut yang menjaga wilayah perairan setelah proklamasi 1945. Laut juga menjadi simbol penting dalam pidato-pidato kebangsaan Bung Karno yang mengingatkan rakyatnya bahwa bangsa besar ini berdiri kokoh berkat kekayaan bahari. Tahun 1964, Presiden Soekarno menetapkan Peringatan Hari Maritim Nasional pada 23 September melalui SK No. 249/1964, sebagai tonggak hukum yang resmi. Meski begitu, ada juga perayaan yang jatuh pada 21 Agustus dan masih dirayakan secara luas hingga kini. Peringatan Hari Maritim Nasional menjadi momen penting untuk mengingatkan kita akan kekayaan laut dan peran vitalnya dalam kehidupan bangsa.

Di tahun 2025, Peringatan Hari Maritim Nasional mengusung tema besar tentang pelestarian laut dan kekayaan maritim. Bukan sekadar seremoni, tema ini menjadi pengingat agar laut Indonesia dijaga, bukan dieksploitasi tanpa pertimbangan. Di era media sosial yang cepat dan masif, momentum Peringatan Hari Maritim Nasional juga banyak disebarkan oleh sekolah, organisasi, dan media, dari SMA Pancasila Ambulu yang memanfaatkan Instagram hingga berbagai akun individu di Facebook yang membagikan pesan edukatif. Dengan demikian, Hari Maritim Nasional bukan hanya acara simbolis—melainkan juga kampanye bersama menjaga masa depan bangsa.

Peringatan Hari Maritim Nasional

Artikel ini akan membahas sisi historis, dualisme tanggal peringatan, hingga arti penting Peringatan Hari Maritim Nasional di 2025 yang menekankan pelestarian laut. Mari kita telusuri lebih jauh.

Sejarah Penetapan Hari Maritim Nasional

Hari Maritim Nasional secara resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 249 Tahun 1964. Bung Karno secara tegas menentukan 23 September sebagai tanggal Peringatan Hari Maritim Nasional. Pada masa itu, konteks politik dan ideologi Indonesia sedang gencar meneguhkan identitas sebagai bangsa yang berdiri di atas kekuatan laut nusantara. Laut bukan sekadar sumber daya, tapi juga medium perjuangan—ruang yang menjadi saksi bagaimana sebuah bangsa memperjuangkan kedaulatannya dalam rangka merayakan Peringatan Hari Maritim Nasional.

Bung Karno dikenal sebagai pemimpin yang menyadari betul realitas geografis Indonesia. Ia sering menyebutkan visi Indonesia sebagai negara maritim, yang kuat bukan hanya di darat tetapi juga di perairan. Peringatan Hari Maritim Nasional menjadi momen penting yang memperlihatkan bagaimana pemerintah saat itu ingin menanamkan kesadaran kolektif pada rakyat tentang pentingnya laut. Dengan kata lain, 23 September bukan sekadar tanggal simbolik, melainkan bagian dari ideologisasi nasional yang mengedepankan nilai-nilai maritim.

Fakta bahwa penetapan ini dilakukan di tengah suasana nasionalisme pasca-kemerdekaan memberi bobot historis yang besar. Saat bangsa masih meraba arah pembangunan, maritim diletakkan sebagai fondasi. Pada tahap inilah kesadaran bahwa laut merupakan “urat nadi” tercatat resmi dalam dokumen negara.

Konteks Nasionalisme Pasca-Kemerdekaan

Pasca-proklamasi 1945, Indonesia menghadapi berbagai tantangan, dari mempertahankan kedaulatan hingga memperkuat identitas nasional. Dalam situasi itu, Bung Karno mendorong semangat maritim. Ia melihat laut bukan hanya sebagai perekat geografis, melainkan juga simbol kekuatan. Dengan penetapan melalui SK No. 249/1964, semangat ini diangkat ke level kebijakan negara. Hal ini memperjelas bahwa maritim adalah arena penting bagi pembangunan nasional. Setiap tahun, Peringatan Hari Maritim Nasional menjadi momen refleksi untuk mengingat peran laut dalam sejarah dan perkembangan bangsa.

Bagi bangsa yang terdiri dari lebih 17 ribu pulau, laut berperan sebagai sarana integrasi. Peringatan yang ditetapkan pada 23 September itu menjadi refleksi terhadap realitas ini: bahwa tanpa laut, Indonesia tidak pernah bisa disebut sebagai kesatuan yang utuh.

Visi Bung Karno tentang Laut

Bung Karno kerap mengingatkan bahwa laut adalah kekayaan sekaligus benteng. Ia menekankan pentingnya pembangunan bangsa yang tidak hanya berorientasi darat. Penetapan Hari Maritim Nasional adalah simbol nyata ide tersebut. Dengan begitu, maritim masuk ke dalam ruang kesadaran kolektif bangsa, tidak hanya sebatas wacana. Hingga kini, gema pesan itu masih relevan.

Hal ini terbukti dalam berbagai momentum ketika pemerintah terus menegaskan pentingnya menjaga laut dari eksploitasi berlebihan. Laut bukan hanya soal sektor perikanan, tetapi juga ruang hidup yang menentukan masa depan generasi selanjutnya.

Dualisme Tanggal Peringatan (21 Agustus vs 23 September)

Yang menarik dalam sejarah Hari Maritim adalah adanya dua versi perayaan. Versi pertama, yang lebih populer di masyarakat, jatuh pada 21 Agustus. Momentum ini dikaitkan dengan peran pasukan laut dalam mempertahankan kedaulatan setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945. Di berbagai sumber, tanggal itu dianggap penting karena menandai tonggak keberanian armada Indonesia menjaga laut nusantara.

Sementara itu, secara resmi negara menetapkan 23 September sebagai tanggal peringatan. Perbedaan ini akhirnya menciptakan dualisme di lapangan. Hingga kini, publik sering melihat media sosial atau instansi yang merayakan Hari Maritim pada kedua tanggal tersebut.

Bahkan beberapa akun di media sosial mencatat bahwa momentum bersejarah pertama memang terkait tanggal 21 Agustus, baru kemudian secara administratif Bung Karno memperkuatnya melalui keputusan tahun 1964. Inilah yang membuat perdebatan tentang “tanggal yang benar” terus bergulir. Faktanya, keduanya memiliki dasar historis yang sama kuat.

Konsekuensi Dualisme Tanggal

Dampak dari dualisme ini beragam. Di satu sisi, masyarakat jadi lebih banyak membicarakan maritim, membuat isu ini lebih hidup. Namun di sisi lain, muncul kebingungan karena tidak ada satu tanggal tunggal yang disepakati semua pihak. Yang pasti, kedua tanggal ini tetap dimaknai sebagai momen refleksi perjuangan dan jati diri bangsa.

Misalnya, pada jejaring sosial berbagai postingan ucapan Hari Maritim muncul dengan merujuk pada 21 Agustus. Salah satunya datang dari akun bernama Win Wintarga, yang menulis: “Hari Maritim Nasional menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa Indonesia adalah negara maritim yang kuat, dengan sektor perairan lokal yang memiliki potensi bahari sangat besar.” Pesan semacam ini menggambarkan bahwa meski tanggal berbeda, substansi peringatan tetap sama: mengingatkan masyarakat akan potensi laut yang luar biasa.

Hari Maritim Nasional 2025: Fokus Pelestarian dan Edukasi

Tema peringatan tahun 2025 menitikberatkan pada pelestarian laut dan kekayaan maritim. Hal ini sesuai dengan tantangan masa kini, di mana ancaman pencemaran, penangkapan ikan ilegal, dan kerusakan ekosistem laut semakin nyata. Momentum Hari Maritim tahun ini digunakan sebagai kampanye besar untuk kembali menyadarkan publik akan pentingnya menjaga laut Indonesia.

Institusi pendidikan ikut mengambil bagian dalam menyuarakan tema Peringatan Hari Maritim Nasional ini. SMA Pancasila Ambulu, misalnya, melalui akun Instagram mereka mengajak siswa dan masyarakat luas untuk ikut menjaga laut. Media massa seperti Tribun Sumsel juga ikut menyiarkan narasi Hari Maritim Nasional, memperluas jangkauan kesadaran publik. Di sisi lain, akun individu di platform Facebook menyebarkan pesan edukatif terkait Peringatan Hari Maritim Nasional. Penyebaran lewat saluran digital membuat gerakan ini lebih inklusif.

Edukasi dari Institusi Pendidikan

Sekolah menjadi pionir dalam menggerakkan kesadaran. Melalui ucapan dan kampanye, institusi pendidikan membantu mendorong generasi muda untuk tidak lagi melihat peringatan ini sebatas simbol. Mereka menjadi agen perubahan, pembawa pesan bahwa laut adalah masa depan yang harus dijaga.

Pendidikan formal dan informal memegang kunci besar, karena generasi muda adalah pengguna laut di masa depan. Jika mereka memahami pentingnya pelestarian, maka ada harapan besar bahwa sumber daya laut tidak akan cepat habis.

Peran Media dan Sosial Media

Keterlibatan media seperti Tribun Sumsel, serta individu yang membagikan pesan di Facebook, menegaskan bahwa peringatan Hari Maritim kini lebih mudah menjangkau audiens luas. Kehadiran media memberi warna baru: bukan lagi kampanye satu arah dari pemerintah, melainkan partisipasi kolektif masyarakat.

Dengan keterlibatan berbagai pihak, isu maritim masuk ke ruang percakapan publik sehari-hari. Hal ini sangat penting agar pelestarian laut tidak hanya menjadi jargon musiman, melainkan gerakan berkelanjutan.

Signifikansi Bagi Indonesia sebagai Negara Maritim

Hari Maritim Nasional adalah pengingat besar: bahwa Indonesia berakar pada kekuatan lautnya. Potensi bahari Indonesia sangat besar, dari perikanan hingga pariwisata. Jika dikelola berkelanjutan, sektor ini bisa menjadi salah satu pilar ekonomi bangsa. Namun jika diabaikan, potensi itu akan hilang begitu saja.

Momen 2025 mempertegas arah tersebut. Dengan tema pelestarian laut, peringatan ini menjadi refleksi kolektif tentang bagaimana bangsa harus melangkah menghadapi tantangan lingkungan dan ekonomi. Peringatan Hari Maritim Nasional menjadi refleksi kebijakan sekaligus gerakan masyarakat.

Dengan konteks ini, penting dicatat bahwa Hari Maritim Nasional tidak sekadar seremoni tahunan. Ia berfungsi sebagai alarm, yang setiap tahun berbunyi untuk mengingatkan bangsa agar tidak melupakan warisan besarnya—laut.

Ke depan, jika momentum ini dapat terus dijadikan instrumen edukasi dan aksi, maka identitas maritim Indonesia akan semakin kuat. Hari Maritim Nasional menjadi pengait antara tradisi, sejarah, dan masa depan.

Meski masih ada kebingungan publik terkait 21 Agustus atau 23 September, keduanya bisa dilihat saling melengkapi. Yang satu menunjukkan keberanian nyata pasca-proklamasi, yang lain mengikat secara resmi dalam hukum negara. Bersama, keduanya membangun memori kolektif tentang pentingnya laut bagi Indonesia.

Pada akhirnya, Peringatan Hari Maritim Nasional bukan hanya tentang tanggal. Yang lebih penting adalah makna yang dibawanya: menjaga laut, menghargai sejarah maritim, dan menatap masa depan dengan kesadaran sebagai bangsa maritim. Dengan tema 2025 yang menekankan pelestarian, ini adalah saat yang tepat untuk melihat kembali peran kita masing-masing—apakah sebagai individu, lembaga pendidikan, atau media—dalam menjaga laut Indonesia tetap lestari. Peringatan Hari Maritim Nasional mengingatkan kita akan tanggung jawab bersama dalam melestarikan sumber daya laut demi generasi mendatang.

Laut adalah jantung bangsa. Tanpa laut, Indonesia kehilangan daya hidupnya. Maka dari itu, mari bersama menghidupkan semangat Hari Maritim Nasional setiap tahun, tak peduli tanggal berapapun, dengan cara nyata menjaga laut harapan generasi mendatang.

Tentang Raditya Mahendra Wijaya

Avatar photo
Analis pasar keuangan dengan keahlian dalam instrumen investasi Indonesia yang menulis tentang IHSG, emas, dan strategi keuangan untuk berbagai tingkat investor.