BahasBerita.com – Banjir kembali melanda kawasan Kemang Raya, Jakarta Selatan, setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Akibatnya, sejumlah ruas jalan utama seperti Jalan Kemang Raya dan Jalan Pangeran Antasari tergenang air hingga beberapa basement gedung bisnis ikut terdampak. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Gubernur Pramono Anung memastikan penyebab utama banjir adalah kebocoran tanggul milik Kemang Village yang membendung Kali Krukut. Setelah penanganan intensif dengan mengerahkan pompa air dan aparat terkait, genangan air mulai surut pada dini hari, namun risiko banjir berulang tetap menjadi perhatian serius.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menjelaskan bahwa patahan dan retakan pada tanggul yang dibangun di kawasan Kemang Village menjadi sumber utama luapan air Kali Krukut. “Tekanan air yang terus meningkat akibat curah hujan sangat tinggi membuat tanggul yang sempat mengalami kerusakan akhirnya mengalami kebocoran,” ujarnya. Kondisi ini memicu aliran air dari Kali Krukut meluap ke pemukiman dan fasilitas umum di sekitar Kemang Raya. Tanggul tersebut sebelumnya sudah mengalami perbaikan minor, namun intensitas hujan yang tidak biasa memperparah kerusakan dan menyebabkan tanggul akhirnya bocor.
Sebagai langkah penanganan darurat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan lima unit pompa air, termasuk pompa mobil, untuk mempercepat proses penyerapan air genangan di jalan dan area terdampak. Tim Sumber Daya Air (Sudin SDA), Pemadam Kebakaran, serta Polri secara bersama-sama mengatur lalu lintas dan memastikan evakuasi warga berjalan lancar. Pramono Anung menyatakan, “Kami pastikan proses pemulihan berlangsung cepat sehingga jalan utama dapat dilalui kembali dalam waktu singkat.” Benar saja, berdasarkan laporan lapangan, genangan di area utama berhasil surut pada dini hari setelah operasi pompa secara optimal.
Dalam jangka panjang, Gubernur Pramono menegaskan komitmennya untuk melanjutkan normalisasi Kali Krukut dan Sungai Ciliwung sebagai langkah strategis dalam pengendalian banjir di Jakarta Selatan. Normalisasi tersebut mencakup pelebaran dan pengerukan sungai guna meningkatkan kapasitas tampung air, serta pengawasan ketat terhadap struktur tanggul di kawasan rawan. “Normalisasi sungai adalah solusi utama yang harus konsisten dijalankan agar banjir seperti ini tidak terus berulang,” ujar Pramono. Pemerintah juga mendesak pengelola Kemang Village untuk segera melakukan perbaikan permanen pada tanggul yang bocor agar kerusakan tidak berulang.
Warga Kemang yang terdampak mengaku mengalami kerugian materi dan ketidaknyamanan sosial yang signifikan akibat banjir. Seorang warga yang ikut mengungsi ke atap rumahnya mengungkapkan, “Air naik dengan cepat, kami terpaksa mengungsikan barang berharga demi keselamatan.” Selain kerusakan fasilitas publik dan rumah tinggal, aktivitas ekonomi di wilayah ini juga sempat terhenti akibat akses jalan yang terputus dan basement gedung yang tergenang. Analisis dampak sosial ekonomi memperlihatkan kebutuhan perbaikan infrastruktur drainase dan sistem pengendalian air yang lebih responsif.
| Aspek | Detail | Pihak Terkait | 
|---|---|---|
| Penyebab Banjir | Retakan dan kebocoran tanggul milik Kemang Village, tekanan air Kali Krukut | Pengelola Kemang Village, Gubernur DKI Jakarta, Sudin SDA | 
| Penanganan Darurat | Pengoperasian 5 pompa air, evakuasi warga, pengaturan lalu lintas | Sudin SDA, Pemadam Kebakaran, Polri | 
| Upaya Jangka Panjang | Normalisasi Kali Krukut dan Sungai Ciliwung, perbaikan tanggul permanen | Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pengelola Kemang Village | 
| Dampak Sosial-Ekonomi | Kerusakan infrastruktur, pengungsian warga, gangguan aktivitas ekonomi | Warga Kemang, Pengusaha lokal | 
Normalisasi Kali Krukut dan pengelolaan sistem drainase menjadi fokus utama dalam mitigasi risiko banjir di wilayah ini. Dari sisi kelembagaan, kolaborasi antara pemerintah daerah dengan pengelola kawasan privat seperti Kemang Village menjadi syarat mutlak dalam memastikan keberlanjutan upaya mitigasi. Langkah ini juga sejalan dengan penguatan kebijakan pengendalian banjir yang diterapkan DKI Jakarta selama beberapa tahun terakhir, termasuk kesiapsiagaan menghadapi musim hujan dan modernisasi pompa air.
Dalam konteks yang lebih luas, banjir yang kerap terjadi di Jakarta Selatan, khususnya di daerah berbatasan dengan Sungai Ciliwung dan anak sungainya seperti Kali Krukut, menggambarkan pentingnya investasi berkelanjutan pada infrastruktur sungai dan drainase. Pemerintah menekankan bahwa tanpa normalisasi sungai yang menyeluruh dan perbaikan tanggul yang rutin, banjir akan terus memberikan dampak negatif bagi warga dan perekonomian lokal. Pramono Anung meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi kemungkinan banjir di musim hujan ini, mengingat perubahan pola besar curah hujan yang kini terjadi secara lebih ekstrem.
Secara keseluruhan, kejadian banjir di Kemang Raya menegaskan kebutuhan sinergi antara peran pemerintah dan pihak swasta dalam pengelolaan tata ruang dan sumber daya air. Upaya normalisasi Kali Krukut serta Sungai Ciliwung menjadi strategi penanggulangan paling efektif untuk memperkecil risiko banjir di masa mendatang. Pemulihan cepat yang dilakukan membuktikan kesiapan aparat dalam respon bencana, tapi langkah preventif jangka panjang tetap menjadi kunci utama agar Jakarta Selatan dapat terbebas dari bencana banjir berulang.
Dengan kondisi cuaca yang masih rawan hujan lebat, pemerintah DKI Jakarta juga menghimbau warga aktif melakukan pemantauan lingkungan sekitar, melaporkan kerusakan tanggul atau drainase, serta mengikuti arahan evakuasi jika diperlukan. Kesiapsiagaan warga ditunjang oleh infrastruktur dan penanganan yang baik akan mampu meminimalisasi dampak negatif banjir, khususnya di kawasan padat seperti Kemang Raya yang menjadi pusat aktivitas dan hunian warga Jakarta Selatan.
 BahasBerita BahasBerita Informasi Terbaru Seputar Internet
BahasBerita BahasBerita Informasi Terbaru Seputar Internet


 
						
 
						
 
						
