BahasBerita.com – Hubungan antara Amerika Serikat dan Israel, yang selama puluhan tahun dianggap sebagai aliansi strategis yang tak tergoyahkan, tiba-tiba menunjukkan retakan serius di bulan Mei 2025. Ketegangan antara pemerintahan Donald Trump di Washington dan kabinet Benjamin Netanyahu di Tel Aviv mencapai titik kritis, mengejutkan banyak pengamat hubungan internasional. Sumber ketegangan utama berasal dari perbedaan pendekatan tentang bagaimana menangani ancaman nuklir Iran dan mengelola konflik berkepanjangan dengan Hamas di Gaza.
Menurut rangkaian peristiwa yang tercatat antara 17 April hingga 15 Mei 2025, kedua negara terlihat semakin tidak sejalan dalam beberapa isu krusial. AS diketahui telah menggagalkan rencana serangan Israel ke Iran pada April 2025, sementara di sisi lain, Gedung Putih secara sepihak melakukan gencatan senjata dengan kelompok Houthi di Yaman tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan sekutu utamanya di Timur Tengah tersebut. Insiden ini diikuti dengan serangan rudal Houthi yang mendarat dekat Bandara Internasional Ben Gurion, menambah daftan ketegangan antara kedua negara.
Dinamika ini sangat signifikan karena terjadi di tengah upaya normalisasi hubungan antara Israel dengan Arab Saudi – proses yang sebelumnya didorong kuat oleh pemerintahan Trump. Pergeseran sikap Washington mengindikasikan perubahan prioritas strategis AS di Timur Tengah, yang bisa berdampak luas pada keseimbangan kekuatan regional dan upaya perdamaian Israel-Palestina. Sementara itu, data dari Israel-Asia Center menunjukkan bahwa perdagangan Israel-Indonesia mencapai US$500 juta per tahun, menandakan bahwa negara-negara Asia mulai memainkan peran lebih besar di kawasan ini.
Artikel ini akan mengupas akar ketegangan AS-Israel, dampak langsung yang sudah terlihat, serta prospek hubungan kedua negara di tengah perubahan lanskap geopolitik Timur Tengah yang semakin kompleks. Dengan lebih dari 3,2 juta subscriber, media seperti TribunJatim Official telah melaporkan perkembangan ini secara intensif, mencerminkan betapa pentingnya isu ini bagi komunitas internasional.
Akar Ketegangan AS-Israel
Hubungan antara Washington dan Tel Aviv yang biasanya harmonis mulai menunjukkan keretakan serius pada awal 2025. Setidaknya tiga faktor utama menjadi penyebab ketegangan ini, masing-masing saling terkait dan memperburuk situasi secara keseluruhan.
Rencana Serangan ke Iran yang Digagalkan
Pada 17 April 2025, Israel dilaporkan hampir melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran. Rencana ini secara mengejutkan digagalkan oleh intervensi langsung pemerintahan trump, yang menurut sumber-sumber intelijen, mengetahui operasi tersebut melalui jaringan mata-matanya di kawasan. Keputusan AS untuk menghalangi sekutu terdekatnya menyerang Iran menciptakan ketidakpercayaan mendalam antara Netanyahu dan Trump.
Reaksi Israel terhadap campur tangan AS ini sangat keras. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara diam-diam meningkatkan kesiapan tempurnya di perbatasan utara, sementara pemerintah Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang secara tidak langsung mengkritik “kebijakan appeasement” Washington terhadap Tehran. Ini menjadi salah satu momen paling tegang dalam hubungan bilateral kedua negara sejak dekade terakhir.
Normalisasi dengan Arab Saudi yang Terhambat
Isu kedua yang memperuncing hubungan adalah kekecewaan Trump terhadap Netanyahu terkait proses normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi. Gedung Putih merasa Perdana Menteri Israel tidak cukup berkompromi dalam beberapa isu krusial yang diminta Riyadh sebagai syarat normalisasi, khususnya terkait status Yerusalem dan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
– AS menginginkan percepatan proses normalisasi sebagai prestasi politik Trump
- Netanyahu dianggap terlalu keras kepala dalam negosiasi dengan Arab Saudi
- Pembekuan sementara pembangunan pemukiman menjadi titik perselisihan utama
Ketidaksabaran Washington terhadap sikap Netanyahu mulai terlihat jelas ketika Menteri Pertahanan AS tiba-tiba membatalkan kunjungannya ke Tel Aviv yang sebelumnya telah dijadwalkan. Pembatalan ini, terjadi tepat pada 12 Mei 2025, dikonfirmasi oleh sumber-sumber di kedua pemerintah sebagai tanda protes terhadap kebijakan Israel.
Dampak Langsung Ketegangan
Retaknya hubungan AS-Israel tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, tetapi juga mempengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Beberapa perkembangan terkini menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan.
Gencatan Senjata Sepihak dengan Houthi
Salah satu dampak paling langsung adalah keputusan AS melakukan gencatan senjata dengan kelompok Houthi di Yaman pada 15 Mei 2025 tanpa berkonsultasi dengan Israel terlebih dahulu. Padahal, Israel telah lama menyatakan kekhawatirannya tentang hubungan antara Houthi dengan Iran, yang menurut mereka mengancam keamanan regional.
Kebijakan sepihak Washington ini diikuti serangan rudal Houthi yang mendarat hanya beberapa kilometer dari Bandara Ben Gurion sehari setelah pengumuman gencatan senjata. Meskipun tidak ada korban jiwa, serangan ini meningkatkan tensi keamanan di Israel dan memicu kritik pedas terhadap pemerintahan Trump yang dianggap “melemahkan posisi Israel di kawasan”.
Perbedaan Pendekatan Terhadap Gaza
Konflik Israel-Hamas di Gaza juga menjadi sumber ketegangan baru antara AS dan Israel. Pemerintahan Trump mulai menyuarakan kekhawatiran tentang korban sipil dalam operasi militer israel, sementara Netanyahu bersikeras bahwa operasi tersebut diperlukan untuk menghancurkan infrastruktur teroris.
– AS mendorong lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza
- Israel menolak dengan alasan keamanan nasional
- Pembicaraan gencatan senjata sempat terhambat karena perbedaan posisi ini
Perbedaan pendekatan ini semakin mengerdilkan pengaruh AS sebagai mediator utama dalam konflik Israel-Palestina, suatu peran yang telah dimainkan Washington selama puluhan tahun.
Proses Diplomasi yang Terhambat
Ketegangan AS-Israel tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan berlangsung di tengah dinamika geopolitik regional yang semakin kompleks. Beberapa proses diplomasi penting terpengaruh oleh situasi ini.
Negosiasi Nuklir AS-Iran di Oman
Putaran pertama negosiasi nuklir AS-Iran berlangsung di Oman pada awal April 2025, dengan rencana putaran kedua pada 19 April. Proses ini berjalan tanpa keterlibatan atau konsultasi dengan Israel, suatu hal yang sangat tidak biasa mengingat tradisi koordinasi erat antara Washington dan Tel Aviv dalam isu Iran.
Ketiadaan Israel dalam proses diplomasi ini dianggap oleh banyak pengamat sebagai pertanda nyata pergeseran kebijakan AS di Timur Tengah. Netanyahu sendiri dikabarkan marah besar setelah mengetahui detail kesepakatan sementara antara AS dan Iran, yang menurutnya “terlalu banyak memberi konsesi pada Tehran”.
Normalisasi Israel-Arab Saudi yang Mandek
Proses normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, yang semula diprediksi akan rampung pada 2025, kini mengalami hambatan serius. Tanpa dukungan penuh dari Washington, Riyadh terlihat enggan mengambil langkah-langkah final dalam menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Tel Aviv.
Dinamika ini menciptakan dilema bagi Netanyahu. Di satu sisi, dia menghadapi tekanan domestik untuk tidak membuat konsesi terlalu besar pada Arab Saudi. Di sisi lain, dia menyadari bahwa tanpa bantuan AS, proses normalisasi mungkin akan berjalan sangat lambat atau bahkan terhenti sama sekali.
Ketegangan antara AS dan Israel di bawah kepemimpinan Trump dan Netanyahu telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pergeseran kebijakan Washington di Timur Tengah, ditambah dengan sikap keras kepala Tel Aviv dalam beberapa isu krusial, menciptakan krisis kepercayaan antara kedua sekutu dekat ini.
Dampaknya sudah terlihat jelas – dari proses diplomasi nuklir dengan Iran yang terhambat hingga mandeknya normalisasi dengan Arab Saudi. Yang lebih mengkhawatirkan, ketegangan ini terjadi di tengah meningkatnya ancaman keamanan regional, seperti yang ditunjukkan oleh serangan Houthi dekat Bandara Ben Gurion. Di tengah semua ini, negara-negara Asia mulai memainkan peran lebih besar, seperti terlihat dari volume perdagangan Israel-Indonesia yang mencapai US$500 juta per tahun.
Masa depan hubungan AS-Israel kini berada di persimpangan jalan. Apakah kedua negara akan menemukan cara untuk memperbaiki keretakan ini, atau apakah kita sedang menyaksikan awal dari pergeseran aliansi-aliansi strategis di Timur Tengah? Jawabannya mungkin akan menentukan stabilitas kawasan untuk tahun-tahun mendatang.