Angka Pengangguran Agustus 2025 Naik 7,46 Juta Orang

Angka Pengangguran Agustus 2025 Naik 7,46 Juta Orang

BahasBerita.com – Pada Agustus 2025, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,46 juta orang, yang setara dengan 4,76% dari total angkatan kerja sebesar 153,05 juta orang. Angka ini meningkat dibandingkan Februari 2025 yang tercatat sebanyak 7,28 juta orang, mencerminkan tantangan serius dalam penyerapan tenaga kerja dan dampak negatif terhadap perekonomian nasional. Kenaikan ini memberikan gambaran betapa sektor ketenagakerjaan masih menghadapi tekanan, meskipun langkah pemulihan ekonomi terus dijalankan.

Fenomena pengangguran ini tidak lepas dari dampak residual pandemi dan dinamika pasar tenaga kerja yang berubah cepat, terutama pada sektor formal dan informal. Statistik ketenagakerjaan terbaru menunjukkan bahwa peningkatan pengangguran menghambat konsumsi rumah tangga yang berkontribusi dominan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, ketidakseimbangan sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja baru juga mulai mengkhawatirkan para pelaku pasar dan pembuat kebijakan. Oleh karenanya, analisis komprehensif terkait kondisi pengangguran pada Agustus 2025 ini menjadi sangat penting bagi investor, ekonom, dan pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan strategis.

Artikel ini menyajikan tinjauan lengkap tentang data pengangguran terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), termasuk analisis perbandingan dengan data sebelumnya, dampak ekonomi makro dan mikro, kebijakan pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja, serta proyeksi pasar tenaga kerja ke depan. Informasi ini diharapkan memberikan gambaran mendalam dan actionable insights bagi pembaca yang mencari pemahaman komprehensif terhadap keadaan pasar tenaga kerja indonesia dan implikasi ekonominya.

Statistik Pengangguran Indonesia Agustus 2025: Data dan Tren Terbaru

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pengangguran terbaru per Agustus 2025 yang menunjukkan angka pengangguran sebanyak 7,46 juta orang dari total angkatan kerja 153,05 juta orang. Dengan demikian, tingkat pengangguran Indonesia tercatat berada di angka 4,76%. Angka ini menandai peningkatan sebesar 1,11% dibandingkan Februari 2025 yang memiliki 7,28 juta pengangguran dan tingkat pengangguran 4,68%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024, terjadi kenaikan pengangguran sebesar 0,35 poin persentase, mengindikasikan persistenya tekanan ketenagakerjaan.

Angkatan kerja yang mencapai 153,05 juta jiwa ini terdiri dari pekerja formal dan informal, di mana sektor informal masih menyerap sebagian besar tenaga kerja. Namun, kenaikan pengangguran terutama terjadi di sektor formal, khususnya pada industri manufaktur dan jasa. Sebagian besar pengangguran tersebar di kelompok usia produktif 20-35 tahun, yang juga merupakan kelompok demografis terbesar dalam pasar tenaga kerja Indonesia.

Data BPS di atas menunjukkan adanya tren kenaikan pengangguran yang perlu menjadi perhatian serius, mengingat kontribusi tenaga kerja terhadap perekonomian sangat signifikan. Faktor-faktor penyebab pengangguran yang semakin kompleks meliputi perubahan teknologi, kegagalan penyerapan pasar kerja formal, serta tekanan inflasi yang menurunkan daya beli masyarakat.

Distribusi Pengangguran Berdasarkan Sektor dan Demografi

Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa sektor manufaktur yang sempat menjadi penyerap tenaga kerja terbesar pada tahun-tahun sebelumnya kini mengalami kontraksi tenaga kerja hingga 3% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sektor jasa tercatat mengalami peningkatan pengangguran sebesar 2,2%, khususnya pada subsektor pariwisata dan perdagangan akibat fluktuasi permintaan domestik dan eksternal.

Dari sisi demografi, pengangguran terbanyak terdapat pada usia 20-35 tahun, yang mencapai 41% dari total pengangguran. Kelompok ini sering kali menghadapi ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan pasar (skill mismatch) serta tantangan dalam memasuki pasar kerja yang kompetitif.

Dampak Ekonomi Pengangguran Tinggi: Konsumsi, Inflasi, dan Pasar Modal

Pengangguran yang meningkat memiliki dampak signifikan terhadap konsumsi masyarakat, yang merupakan kontributor utama dalam perekonomian Indonesia dengan porsi sekitar 56% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Penurunan daya beli akibat berkurangnya penghasilan rumah tangga akibat kehilangan pekerjaan menyebabkan konsumsi rumah tangga melemah. Dampak ini secara langsung menekan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, khususnya perdagangan ritel dan jasa konsumtif.

Sektor riil pun terdampak karena permintaan menurun, sedangkan sektor pasar modal menunjukkan volatilitas yang meningkat akibat kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi. indeks harga saham gabungan (IHSG) selama bulan Agustus-Septemper 2025 tercatat mengalami koreksi sebesar 2,6%, sebagian dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap data tenaga kerja.

Selain itu, pengangguran juga berkontribusi terhadap tekanan inflasi terkait dengan penurunan produktivitas dan kenaikan biaya produksi. Inflasi Agustus 2025 tercatat sebesar 4,3%, sedikit melemah dibanding bulan sebelumnya, namun risiko stagflasi tetap menjadi perhatian karena inflasi yang terus berlanjut ditambah pertumbuhan ekonomi yang melambat menuju 4,7% dari target 5,0%.

Baca Juga:  Menteri UMKM Usul Regulasi Produksi Tas Branded KW Terbaru

Risiko Sosial dan Ekonomi

Selain risiko ekonomi, tingginya pengangguran meningkatkan risiko sosial seperti kemiskinan dan ketidakstabilan sosial. Data menunjukkan peningkatan angka kemiskinan sebesar 1,2% yang sejalan dengan lonjakan pengangguran. Ketidakpastian dalam pasar tenaga kerja juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan investor, yang berimplikasi pada penundaan investasi dan pembatasan ekspansi usaha.

Kebijakan Pemerintah dan Upaya Penanganan Pengangguran

pemerintah indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan strategis untuk menahan laju pengangguran dan mendorong penyerapan tenaga kerja. Beberapa kebijakan utama meliputi program pelatihan vokasi berbasis kebutuhan industri, penciptaan lapangan kerja melalui proyek infrastruktur, serta subsidi sektor UMKM untuk meningkatkan aktivitas ekonomi di sektor informal dan formal.

Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Formal dan Informal

Program pelatihan kerja terarah ditujukan untuk mengatasi keterampilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar (skill mismatch). Contoh nyatanya adalah program pelatihan digitalisasi bagi pekerja sektor jasa dan manufaktur yang mulai terdampak otomasi. Sektor informal terus diberi dukungan kredit mikro melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk memperluas kapasitas usaha dan membuka peluang kerja baru.

Perluasan investasi juga menjadi fokus utama dalam memperkuat pasar tenaga kerja. Perolehan investasi asing langsung (FDI) meningkat sebesar 5,8% pada semester pertama 2025, membuka lapangan pekerjaan terutama pada sektor manufaktur dan teknologi. Pemerintah juga berupaya mempermudah perizinan usaha dan menyediakan insentif fiskal guna mendorong pertumbuhan usaha dan investasi.

Tantangan dan Peluang Pasar Tenaga Kerja 2025

Tantangan terbesar masih terkait dengan adaptasi tenaga kerja terhadap teknologi baru dan persaingan global yang ketat. Namun, peluang muncul dari sektor ekonomi kreatif, digital, dan energi terbarukan yang sedang tumbuh pesat dan memerlukan tenaga kerja terampil.

Investasi dalam bidang pendidikan dan kesehatan menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan institusi pendidikan diharapkan dapat mempercepat proses penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran struktural.

Proyeksi dan Tren Pasar Tenaga Kerja Indonesia 2025-2026

Memasuki sisa tahun 2025 dan menuju 2026, proyeksi pengangguran diperkirakan masih menghadapi tekanan moderat dengan perkiraan tingkat pengangguran mencapai 4,8% hingga akhir 2025. Faktor pendorong utama adalah implementasi teknologi baru yang belum sepenuhnya diiringi dengan pengembangan keterampilan tenaga kerja.

Transformasi digital dan otomasi berpotensi menggeser jenis pekerjaan tertentu, namun juga menciptakan peluang lapangan kerja baru di sektor teknologi informasi, keuangan digital, dan layanan berbasis teknologi. Oleh sebab itu, transisi pasar tenaga kerja yang adaptif menjadi kunci utama keberhasilan pemulihan ketenagakerjaan.

Baca Juga:  Analisis Keyakinan Konsumen & Kebijakan Fiskal Oktober 2025

Rekomendasi Untuk Investor dan Pembuat Kebijakan

Investor disarankan untuk memperhatikan sektor-sektor yang sedang berkembang, terutama teknologi, energi baru terbarukan, dan ekonomi hijau, yang berpotensi memberikan pengembalian investasi jangka panjang. Pemerintah perlu melanjutkan program pelatihan berorientasi pasar dan memperkuat insentif investasi yang inklusif bagi sektor UMKM dan startup.

Diversifikasi ekonomi, diikuti dengan peningkatan kapasitas tenaga kerja dan perlindungan sosial, menjadi strategi penting dalam mitigasi risiko pengangguran dan menjaga stabilitas ekonomi makro.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

Apa penyebab utama kenaikan pengangguran di Indonesia tahun 2025?
Penyebab utama adalah ketidaksesuaian keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar, dampak transformasi teknologi dan otomasi, serta tekanan residual dari pandemi COVID-19 yang menghambat pemulihan sektor formal.

Bagaimana pengangguran memengaruhi perekonomian nasional?
Pengangguran yang tinggi menurunkan konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari 50% PDB, meningkatkan risiko kemiskinan, dan memicu ketidakstabilan sosial, yang secara keseluruhan menghambat pertumbuhan ekonomi dan melemahkan pasar modal.

Apa langkah konkret pemerintah mengurangi angka pengangguran?
Pemerintah mengimplementasikan pelatihan vokasi, mendukung UMKM melalui kredit mikro, meningkatkan investasi di sektor strategis, dan menciptakan insentif fiskal untuk mendorong penyerapan tenaga kerja.

Bagaimana tren pengangguran Indonesia dibandingkan negara lain di asia tenggara?
Tingkat pengangguran Indonesia 4,76% masih relatif lebih rendah dibanding Filipina (5,2%) dan Vietnam (5,0%), tetapi lebih tinggi dari Malaysia (3,5%) dan Thailand (3,8%), menunjukkan posisi menengah di kawasan dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan.

Melalui pemahaman mendalam atas data terbaru Badan Pusat Statistik, tren pasar tenaga kerja, serta kebijakan pemerintah, artikel ini memberikan gambaran komprehensif yang membantu pembaca, terutama investor dan pembuat kebijakan, merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi kondisi ketenagakerjaan Indonesia saat ini. Tantangan besar masih ada, namun peluang bagi pertumbuhan ekonomi inklusif dan penciptaan lapangan kerja tetap terbuka dengan sinergi antara regulasi yang proaktif dan pengembangan kapasitas SDM. Langkah selanjutnya adalah peningkatan kualitas pelatihan dan keberlanjutan investasi strategis guna menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja era modern.

Tentang Aditya Prabowo Santoso

Aditya Prabowo Santoso adalah Business Analyst dengan lebih dari 9 tahun pengalaman khusus dalam bidang digital marketing. Lulusan Teknik Informatika dari Universitas Indonesia, Aditya memulai karirnya sebagai analis data pemasaran pada tahun 2014 sebelum merambah ke peran Business Analyst. Ia memiliki keahlian mendalam dalam analisis perilaku konsumen digital, pengoptimalan kampanye pemasaran, dan integrasi data untuk meningkatkan ROI bisnis. Selama karirnya, Aditya telah memimpin berbagai proy

Periksa Juga

Analisis Finansial Kendalikan Impor Ilegal Tekstil 2025

Analisis Finansial Kendalikan Impor Ilegal Tekstil 2025

Pemerintah dorong penguatan regulasi dan teknologi untuk tekan impor ilegal tekstil, lindungi industri lokal, dan stabilkan ekonomi nasional 2025.